Lenong
Lenong merupakan salah satu kesenian teater atau sandiwara dari Jakarta. Pertunjukan lenong amat kental dengan budaya Betawi karena dibawakan dengan dialek Betawi dan diiringi oleh musik gambang kromong. Musik gambang kromong yang ceria, dialog kocak dan blak-blakan, ditambah sedikit tarian atau gerakan silat yang lincah menjadi ciri khas pertunjukan Lenong. Biasanya, kisah dalam pertunjukan Lenong mengandung pesan moral yang menganjurkan kebaikan.Urutan Pertunjukan Lenong
Pertunjukan lenong biasa dibuka dengan lagu Betawi baik berupa nyanyian atau instrumental yang diiringi musik gambang kromong. Para pemain sandiwara kemudian muncul di panggung dengan background kain yang menggambarkan latar sesuai cerita. Kemudian, cerita atau lakon yang terbagi atas beberapa babak dimulai.
Para pemain saling bertukar dialog dalam dialeg Betawi sambil sesekali melontarkan celetukan-celetukan kocak yang diiringi bunyi singkat dari satu atau dua alat musik gambang kromong. Tiap-tiap babak dalam pertunjukan lenong biasanya diselingi dengan nyanyian Betawi. Saat inilah para penonton dimintai saweran atau bayaran seikhlasnya.
Perkembangan Kesenian Lenong
Lenong telah berkembang di wilayah Jakarta, dulu Batavia, sejak awal abad 20. Sebenarnya, kesenian ini merupakan bentuk teaterisasi atau bisa dibilang perkembangan dari pertunjukan musik gambang kromong. Lenong dan gambang kromong kini menjadi dua unsur kebudayaan Betawi yang sulit dipisahkan.
Awalnya, lenong dipertunjukan dengan cara mengamen atau berkeliling dari kampung ke kampung tanpa panggung. Pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan di mana pemain lakon akan bergantian mengelilingi penonton untuk meminta bayaran sukarela. Seiring perkembangannya, lenong mulai populer dan menjadi salah satu hiburan utama saat hajatan yang ditampilkan di atas panggung.
Pertunjukan lenong bisa berlangsung hingga semalam suntuk, namun sebenarnya lakon panjang tersebut berasal dari potongan lakon-lakon pendek yang digabungkan. Kesenian sandiwara Betawi ini pernah ditampilkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki sekitar tahun 1970-an. Pada tahun-tahun selanjutnya, lenong juga menjadi acara populer di televisi. Kini, pertunjukan lenong sudah agak jarang beredar dan hanya bisa ditemukan di pinggiran Jakarta.
Jenis Lenong
Lenong khas Betawi terbagi menjadi 2 jenis berbeda yaitu lenong denes dan lenong preman. Perbedaan di antara kedua jenis lenong tersebut ada pada gaya bahasa, pakaian, dan jenis lakon yang dimainkan.
Lenong denes yang berasal dari kata “dinas” atau “resmi” tidak menggunakan bahasa Betawi sehari-hari melainkan bahwa Melayu Tinggi. Pemainnya mengenakan pakaian yang agak mewah sementara lakon yang dimainkan mengisahkan kehidupan kerajaan atau kaum bangsawan.
Berbeda dengan lenong denes, lenong preman terkesan lebih santai dan cuek. Kisah lenong preman biasanya menceritakan tentang kehidupan sehari-hari atau kisah para jagoan Betawi seperti Si Pitung dan Mirah dari Marunda. Karena mengisahkan kehidupan sehari-hari, pemain menggunakan kostum biasa dan bahasa Betawi sehari-hari.
Lagu-lagu pada Pertunjukan Lenong
Seperti disebutkan sebelumnya, pertunjukan lenong tak bisa dipisahkan dengan musik gambang kromong. Lagu-lagu Betawi dengan iringan musik gambang kromong selalu menjadi pemanis pertunjukan lenong. Jali-jali dan Cente Manis adalah dua lagu Betawi yang hampir selalu menjadi bagian dari pertunjukan lenong. Tak hanya lagu Betawi, pertunjukan lenong juga kerap diiringi dengan lagu dan musik bernuansa Cina seperti Si Patmo dan Phobin Cu Tay.
Pemain Lenong Populer di Indonesia
Ada dua sebutan berbeda untuk para pemain lenong yaitu panjak untuk pemain pria dan ronggeng untuk pemain wanita. Para pemain lenong tidak hanya pintar main sandiwara dan mengocok perut tetapi juga kerap menari dan memperagakan gerakan-gerakan silat. Beberapa pemain lenong populer yang kerap muncul di televisi adalah Bokir, Nasir, Bolot, Malih, Mandra, Omas, dan Mastur.